Di sebuah Hari yang Lain
di setiap lapisan kulit hari yang gigil ulah angin namamu
hujan menajam menyayatkan rindu
namun mulut kita masih saja mengerangkan semacam do'a
meski pertemuan berdarah pada waktu
di bilik hari yang lain
kurapikan isi kepala yang kusut
kusimpan dalam lipatan-lipatan kenangan kemaren
di dinding ingatan
telah kubingkai namamu
dalam figura rindu paling haru
di luar jendela
hujan satu-satu mengikis waktu
namun di rimbun usiaku, Sayang
kenangan akanmu terus tumbuh
hatimu masih saja dahan tempat lukaku biasa berteduh
di taman hari yang lain
akulah kupu-kupu yang beterbangan menuju kebun matamu
sepasang sayap kasih warna-warniku memenuhi separuh penglihatanmu
separuh yang lain memekarkan bahagia untukmu
di langit hari yang lain
hatimu adalah gravitasi tempat aku biasa terjatuh tanpa memar
rindu adalah cahaya kegaiban yang takkan lekas jadi pudar
memadamkan separuh api kesadaranku
keremangan memajaskan bayanganmu
persis di dinding kepalaku
di bawah langit hari yang lain
kita sibuk membumikan kesunyian masing-masing
disebuah hari yang lain
aku sibuk menajamkan rindu
serupa jam-jam sunyi yang terus sibuk meraut jarumnya sendiri
ajari aku kejahatan membunuh luka paling sempurna
agar dapat kutawan cinta dalam puisi paling penjara
biar luka penantian itu terkapar ke dasar renungan dan kehakikian cinta ilahi
10-06-15
0 comments:
Post a Comment